Sebuah desain penelitian ialah rencana sistematis sebagai kerangka yang dibentuk untuk mencari tanggapan atas pertanyaan penelitian.
Desain penelitian mengacu pada taktik keseluruhan yang Anda pilih untuk mengintegrasikan aneka macam komponen penelitian dengan koheren dan logis untuk memastikan efektifitas pemecahan duduk kasus penelitian.
Desain penelitian adalah blue-print untuk pengumpulan, pengukuran dan analisis data. Perhatikan bahwa duduk kasus penelitian memilih jenis desain yang peneliti gunakan, bukan sebaliknya!
Kesalahan umum yang sering dibentuk para peneliti ialah memulai penelitian terlalu dini, sebelum mereka memikirkan secara kritis perihal informasi apa yang diharapkan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Tanpa memperhatikan duduk kasus desain tersebut terlebih dahulu, duduk kasus penelitian secara keseluruhan tidak akan memadai dan kesimpulan yang ditarik menjadi lemah dan tidak meyakinkan.
Ada beberapa tipe desain penelitian yang umum dilakukan dalam penelitian. Berikut klarifikasi singkat saja tipe-tipe desain penelitian tersebut:
1. Desain Penelitian Tindakan (Action Research Design)
Esensi desain penelitian ini ialah tindakan mengikuti siklus sehingga titik fokus ialah tindakan intervensi yang dilakukan selama waktu dalam aneka macam bentuk. Strategi intervensi gres dilakukan dan proses siklus berulang hingga duduk kasus terpecahkan.
Protokol ini berulang-ulang atau siklus di alam untuk mendorong pemahaman yang lebih dalam situasi tertentu dimulai dengan konseptualisasi dan partikularisasi duduk kasus dan bergerak melalui beberapa intervensi dan evaluasi.
2. Desain Studi Kasus (Case Study Design)
Studi masalah merupakan penelitian mendalam perihal duduk kasus penelitian tertentu, bukan survei statistik atau pertanyaan komparatif. Tujuan desain ini untuk mempersempit bidang yang sangat luas ke dalam satu atau beberapa hal yang spesifik.
3. Desain Kausal (Causal Design)
Studi kausalitas dianggap sebagai pemahaman fenomena bersyarat dalam bentuk, "Jika X, maka Y". Tujuan penelitian ini untuk mengukur dampak perubahan tertentu terhadap norma-norma dan perkiraan yang ada.
4. Desain Cohort (Cohort Design)
Sering dipakai dalam ilmu medis, tetapi juga ditemukan dalam ilmu sosial terapan. Studi kohort mengacu pada penelitian yang dilakukan selama periode waktu yang melibatkan anggota populasi atau sampel yang dipersatukan oleh beberapa kesamaan atau kemiripan.
5. Desain Cross-Sectional (Cross-Sectional Design)
Desain cross-sectional mempunyai tiga ciri khas yaitu ada dimensi waktu, ada perbedaan, dan kelompok dipilih menurut perbedaan. Desain cross-sectional hanya mengukur perbedaan di antara aneka macam orang, subyek atau fenomena, bukan proses perubahan.
Ada beberapa tipe desain penelitian yang umum dilakukan dalam penelitian. Berikut klarifikasi singkat saja tipe-tipe desain penelitian tersebut:
1. Desain Penelitian Tindakan (Action Research Design)
Esensi desain penelitian ini ialah tindakan mengikuti siklus sehingga titik fokus ialah tindakan intervensi yang dilakukan selama waktu dalam aneka macam bentuk. Strategi intervensi gres dilakukan dan proses siklus berulang hingga duduk kasus terpecahkan.
Protokol ini berulang-ulang atau siklus di alam untuk mendorong pemahaman yang lebih dalam situasi tertentu dimulai dengan konseptualisasi dan partikularisasi duduk kasus dan bergerak melalui beberapa intervensi dan evaluasi.
2. Desain Studi Kasus (Case Study Design)
Studi masalah merupakan penelitian mendalam perihal duduk kasus penelitian tertentu, bukan survei statistik atau pertanyaan komparatif. Tujuan desain ini untuk mempersempit bidang yang sangat luas ke dalam satu atau beberapa hal yang spesifik.
3. Desain Kausal (Causal Design)
Studi kausalitas dianggap sebagai pemahaman fenomena bersyarat dalam bentuk, "Jika X, maka Y". Tujuan penelitian ini untuk mengukur dampak perubahan tertentu terhadap norma-norma dan perkiraan yang ada.
4. Desain Cohort (Cohort Design)
Sering dipakai dalam ilmu medis, tetapi juga ditemukan dalam ilmu sosial terapan. Studi kohort mengacu pada penelitian yang dilakukan selama periode waktu yang melibatkan anggota populasi atau sampel yang dipersatukan oleh beberapa kesamaan atau kemiripan.
5. Desain Cross-Sectional (Cross-Sectional Design)
Desain cross-sectional mempunyai tiga ciri khas yaitu ada dimensi waktu, ada perbedaan, dan kelompok dipilih menurut perbedaan. Desain cross-sectional hanya mengukur perbedaan di antara aneka macam orang, subyek atau fenomena, bukan proses perubahan.
6. Desain Deskriptif (Descriptive Design)
Desain deskriptif menjawab atas pertanyaan-pertanyaan perihal siapa, apa, kapan, di mana dan bagaimana keterkaitan dengan penelitian tertentu. Penelitian deskriptif dipakai untuk memperoleh informasi mengenai status fenomena variabel atau kondisi situasi.
7. Desain Eksperimental (Experimental Design)
Sebuah blue-print mekanisme yang memungkinkan peneliti untuk mempertahankan kontrol atas semua faktor. Dalam melaksanakan hal ini peneliti memilih atau memprediksi apa yang mungkin terjadi.
Penelitian eksperimental sering memakai prioritas waktu untuk konsistensi kausal dan besaran korelasi. Desain eksperimen klasik memilih kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
8. Desain Eksplorasi (Exploratory Design)
Desain eksplorasi dilakukan dikala tidak ada atau sedikit kajian penelitian atas suatu masalah. Fokusnya ialah mendapatkan wawasan lebih dikala duduk kasus penelitian berada dalam tahap awal penyelidikan.
Desain eksplorasi sering dipakai untuk membangun pemahaman perihal cara terbaik untuk mempelajari duduk kasus atau metodologi yang paling cocok untuk mengumpulkan informasi perihal duduk kasus ini.
9. Desain Sejarah (Historical Design)
Tujuan desain ini ialah mengumpulkan, memverifikasi dan mensintesis bukti dari masa kemudian untuk membangun fakta sehingga mendapatkan atau menolak sebuah hipotesis.
Sumber-sumber sekunder dan aneka macam bukti dokumenter primer yang otentik menyerupai buku harian, catatan resmi, laporan, arsip dan informasi non-tekstual informasi (peta, gambar, audio dan rekaman visual).
10. Desain Longitudinal (Longitudinal Design)
Studi longitudinal mengikuti sampel yang sama dari waktu ke waktu dalam jangka panjang dan menciptakan pengamatan berulang. Pengukuran diambil berkali-kali pada setiap variabel dalam periode waktu yang berbeda.
11. Desain Meta-Analisis (Meta-Analysis Design)
Meta-analisis ialah metodologi analisis yang dirancang secara sistematis untuk mengevaluasi dan merangkum hasil-hasil penelitian oleh para peneliti lain sehingga meningkatkan ukuran sampel secara keseluruhan.
12. Desain Observasional (Observational Design)
Menarik kesimpulan dengan membandingkan subyek terhadap kelompok kontrol dimana peneliti tidak mempunyai kontrol atas percobaan. Ada dua jenis umum desain ini yaitu pengamatan pribadi dan pengamatan tersembunyi.
Keuntungan studi observasional memungkinkan wawasan yang mempunyai kegunaan dalam memahami fenomena dan menghindari hambatan etis dan mudah dalam sebuah proyek penelitian besar dan rumit.
13. Desain Filosofis (Philosophical Design)
Dipahami sebagai pendekatan luas untuk menyidik duduk kasus penelitian dari desain metodologi, analisis filosofis dan argumentasi keras terhadap perkiraan yang mendasari.
Pendekatan ini memakai alat-alat argumentasi yang berasal dari tradisi filsafat, konsep, model dan teori kritis, misalnya, relevansi budi dan bukti dalam perdebatan akademis untuk menganalisis argumen perihal isu-isu fundamental.
14. Desain Sequential (Sequential Design)
Penelitian sequential dilakukan dengan sengaja pendekatan serial di mana satu tahap akan selesai diikuti oleh tahap lainnya dan sebagainya. Setiap tahap dibangun dari tahap sebelumnya hingga data cukup selama selang waktu untuk menguji hipotesis.
Desain deskriptif menjawab atas pertanyaan-pertanyaan perihal siapa, apa, kapan, di mana dan bagaimana keterkaitan dengan penelitian tertentu. Penelitian deskriptif dipakai untuk memperoleh informasi mengenai status fenomena variabel atau kondisi situasi.
7. Desain Eksperimental (Experimental Design)
Sebuah blue-print mekanisme yang memungkinkan peneliti untuk mempertahankan kontrol atas semua faktor. Dalam melaksanakan hal ini peneliti memilih atau memprediksi apa yang mungkin terjadi.
Penelitian eksperimental sering memakai prioritas waktu untuk konsistensi kausal dan besaran korelasi. Desain eksperimen klasik memilih kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
8. Desain Eksplorasi (Exploratory Design)
Desain eksplorasi dilakukan dikala tidak ada atau sedikit kajian penelitian atas suatu masalah. Fokusnya ialah mendapatkan wawasan lebih dikala duduk kasus penelitian berada dalam tahap awal penyelidikan.
Desain eksplorasi sering dipakai untuk membangun pemahaman perihal cara terbaik untuk mempelajari duduk kasus atau metodologi yang paling cocok untuk mengumpulkan informasi perihal duduk kasus ini.
9. Desain Sejarah (Historical Design)
Tujuan desain ini ialah mengumpulkan, memverifikasi dan mensintesis bukti dari masa kemudian untuk membangun fakta sehingga mendapatkan atau menolak sebuah hipotesis.
Sumber-sumber sekunder dan aneka macam bukti dokumenter primer yang otentik menyerupai buku harian, catatan resmi, laporan, arsip dan informasi non-tekstual informasi (peta, gambar, audio dan rekaman visual).
10. Desain Longitudinal (Longitudinal Design)
Studi longitudinal mengikuti sampel yang sama dari waktu ke waktu dalam jangka panjang dan menciptakan pengamatan berulang. Pengukuran diambil berkali-kali pada setiap variabel dalam periode waktu yang berbeda.
11. Desain Meta-Analisis (Meta-Analysis Design)
Meta-analisis ialah metodologi analisis yang dirancang secara sistematis untuk mengevaluasi dan merangkum hasil-hasil penelitian oleh para peneliti lain sehingga meningkatkan ukuran sampel secara keseluruhan.
12. Desain Observasional (Observational Design)
Menarik kesimpulan dengan membandingkan subyek terhadap kelompok kontrol dimana peneliti tidak mempunyai kontrol atas percobaan. Ada dua jenis umum desain ini yaitu pengamatan pribadi dan pengamatan tersembunyi.
Keuntungan studi observasional memungkinkan wawasan yang mempunyai kegunaan dalam memahami fenomena dan menghindari hambatan etis dan mudah dalam sebuah proyek penelitian besar dan rumit.
13. Desain Filosofis (Philosophical Design)
Dipahami sebagai pendekatan luas untuk menyidik duduk kasus penelitian dari desain metodologi, analisis filosofis dan argumentasi keras terhadap perkiraan yang mendasari.
Pendekatan ini memakai alat-alat argumentasi yang berasal dari tradisi filsafat, konsep, model dan teori kritis, misalnya, relevansi budi dan bukti dalam perdebatan akademis untuk menganalisis argumen perihal isu-isu fundamental.
14. Desain Sequential (Sequential Design)
Penelitian sequential dilakukan dengan sengaja pendekatan serial di mana satu tahap akan selesai diikuti oleh tahap lainnya dan sebagainya. Setiap tahap dibangun dari tahap sebelumnya hingga data cukup selama selang waktu untuk menguji hipotesis.
Advertisement