Info Terbaru 2022

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah

Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
Dalam melaksanakan penulisan karya ilmiah semacam Disertasi, Tesis, Skripsi, Proposal Penelitian Makalah maupun lainnya yang sejenis, tentu ada pedeman - ajaran penulisan yang harus di ikuti.

Lalu bagaimana dan apa sajakah ajaran - ajaran penulisan karya ilmiah tersebut, berikut uraian singkatnya kami jabarkan di bawah ini!

1. Pengertian Karya Ilmiah

Karya ilmiah yakni sebuah goresan pena yang berisi suatu permasalahan yang diungkapkan dengan metode ilmiah (Soeparno, 1997:51); karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis berdasarkan metodologi penulisan yang baik dan benar (Arifin, 2003:1). Artinya, pengungkapan permasalahan dalam karya ilmiah itu harus berdasarkan fakta, bersifat objektif, tidak bersifat emosional dan personal, dan disusun secara sistematis dan logis. Bahasa yang digunakan yakni bahasa Indonesia ragam baku dengan memperhatikan kaidah EYD dan Pembentukan Istilah.

2. Sikap Ilmiah

Orang yang berjiwa ilmiah yakni orang yang mempunyai tujuh macam perilaku ilmiah. Ketujuah macam perilaku ilmiah itu yakni : (1) perilaku ingin tahu, (2) perilaku kritis, (3) perilaku terbuka, (4) perilaku objektif, (5) perilaku rela menghargai karya orang lain, (6) perilaku berani mempertahankan kebenaran, dan (7) perilaku menjangkau ke depan (Brotowidjoyo, 1985:33-34).

3. Jenis Karya Ilmiah

Berdasarkan tingkat akademisnya, karya ilmiah sanggup dibedakan atas lima macam, yaitu;
(1) makalah,
(2) laporan penelitian,
(3) skripsi,
(4) tesis, dan
(5) disertasi.  
Makalah yakni karya tulis yang memerlukan studi, baik secara pribadi maupun tidak langsung; sanggup berupa kajian pustaka/buku, kajian suatu masalah, atau analisis fakta hasil observasi.

Laporan penelitian merupakan sebuah goresan pena yang dibentuk sehabis seseorang melakukan  penelitian, pengamatan, wawancara, pembacaan buku, percobaan, dan lain-lain.

Adapun skripsi merupakan jenis karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa strata satu (S1) untuk memperoleh gelar sarjana;

tesis ditulis oleh mahasiswa strata dua (S2) untuk memperoleh gelar magister;

disertasi ditulis oleh mahasiswa strata tiga (S3) untuk memperoleh gelar doktor.

Namun, untuk keperluan diklat ini, pembicaraan selanjutnya akan difokuskan pada penulisan laporan penelitian.

4. Sistematika Laporan Penelitian

Komponen-komponen penting dalam  laporan penelitian dan muatan tiap-tiap pecahan disusun dengan urutan sebagai berikut.

(1)   Bagian awal
(a) Halaman sampul/judul
(b) Halaman Pengesahan (Jika diperlukan)
(c) Abstrak
(d) Kata pengantar
(e) Daftar isi
(f) Daftar tabel (jika ada)
(g) Daftar gambar (jika ada)
(2)   Bagian pokok/utama
(a) Pendahuluan (berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat penelitian)
(b) Kajian pustaka, kerangka teoretik, dan pengajuan hipotesis (jika diperlukan)
(c) Metode penelitian
(d) Hasil penelitian, pengujian hipotesis, dan pembahasan
(e) Penutup (berisi simpulan, dan saran)
(3)   Bagian akhir
(a) Daftar pustaka
(b) Lampiran-lampiran (jika ada)

5. Cara Penulisan Karya Ilmiah

5.1 Topik dan Judul

Kegiatan yang pertama kali dilakukan sebelum menulis yakni menentukan topik. Hal ini berarti bahwa harus ditentukan terlebih dahulu apa yang akan dibahas dalam tulisan. Dalam menentukan topik perlu dipertimbangkan beberapa hal, yaitu:
(1) topik itu ada keuntungannya dan layak dibahas,
(2) topik itu cukup menarik terutama bagi penulis,
(3) topik itu dikenal dengan baik,
(4) materi yang diharapkan sanggup diperoleh dan cukup memadai, dan
(5) topik itu tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit. 
      Contoh: “Usaha kecil dan menengah”  (terlalu luas)
                     “Pengembangan perjuangan kecil dan menengah” (terbatas)
Setelah diperoleh topik, dalam pelaksanaannya topik yang dipilih itu harus dinyatakan dalam suatu judul. Topik ialah pokok pembicaraan dalam keseluruahan karangan yang akan digarap, sedangkan judul yakni nama, titel, atau semacam label untuk suatu karangan. Pernyataan topik mungkin sama dengan judul, tetapi mungkin juga tidak, contohnya dalan karya sastra. Namun, dalam karya ilmiah judul harus tepat menawarkan topiknya. Penentuan judul harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain:
(1) judul harus sesuai dengan topik atau isi karangan,
(2) judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frasa, bukan kalimat, 
      Contoh: Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah di Yogyakarta ( baik)
              Usaha Kecil dan Menengah di Yogyakarta Perlu Dikembangkan (tidak baik) 
(3) judul diusahakan singkat,
(4) judul harus dinyatakan secara jelas.
5.2 Abstrak

Abstrak berisi intisari menyeluruh wacana isi tulisan, mulai dari judul, tujuan, metode, dan rumusan hasil/temuan. Abstrak ditulis dengan spasi tunggal. Untuk makalah, abnormal cukup satu paragraf, sedangkan untuk laporan penelitian terdiri atas tiga paragraf yang masing-masing memuat hal-hal di atas.

5.3 Kata Pengantar

Kata pengantar berisi puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang secara pribadi atau tidak pribadi berperan dalam acara penulisan tersebut, dan seruan kritik dari pembaca demi perbaikan.

5.4 Pendahuluan

Pendahuluan berfungsi menyadarkan pembaca akan pentingnya topik yang dibahas sehingga pembaca merasa perlu mengetahui topik itu lebih jauh dan pembahasannya. Oleh alasannya itu, dalam pendahuluan perlu dikemukakan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan,  dan manfaat penelitian.

5.5 Kajian Pustaka dan Kerangka Teoretik

Pengertian kajian pustaka dan kerangka teoretik itu berbeda. Kajian pustaka berisi pembahasan wacana kajian-kajian terdahulu yang relevan dengan topik penelitian, sedangkan kerangka teoretik yakni seperangkat teori yang digunakan sebagai landasan penelitian. Oleh alasannya itu, pemecahan problem penelitian harus berlandaskan pada teori dan kajian terhadap hasil-hasil penelitian sebelumnya yang terkait dengan permasalahan yang dibahas. Dari kajian itu didapatkan tanggapan sementara atas permasalahan yang telah dirumuskan. Jawaban sementara tersebut biasa disebut hipotesis.

5.6 Metode Penelitian

Setelah kajian teoretik dirumuskan, langkah selanjutnya yakni merumuskan metode yang digunakan dalam penelitian. Metode penelitian tersebut mencakup apa atau siapa yang diteliti, bagaimana menentukan sampel dari populasinya, data apa saja yang harus dikumpulkan dan dengan metode apa data itu dikumpulkan, teknik  analisis data yang manakah yang digunakan. 

5.7 Pembahasan

Bagian ini berisi analisis, pembahasan, dan pemaknaan data yang yang telah dikumpulkan. Kelengkapan data yang diperoleh sangat mendukung kesahihan hasil analisis. Dan, kecermatan analisis dan pemaknaan data sangat menentukan kualitas hasil kajian.

5.8 Simpulan

Simpulan merupakan hasil yang diperoleh dari pembahasan problem sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh alasannya itu, simpulan harus menjawab permasalahan dan harus sesuai dengan tujuan.

6. Teknik Penulisan Karya Ilmiah

Ketentuan-ketantuan yang harus diperhatikan dalam penulisan karya ilmiah mencakup (1) penggunaan kertas, (2) teknik pengetikan, (3) penomoran, (4) penulisan sumber rujukan atau referensi, dan (5) penulisan daftar pustaka.

6.1 Penggunaan Kertas

Kertas yang digunakan yakni kertas HVS, berwarna putih, berat 80 gram, dan berukuran kuato (21.5 x 28 cm). Naskah ditulis pada satu sisi.

6.2 Teknik Pengetikan

1) Penggunaan Huruf

Naskah karya ilmiah diketik dengan huruf standar (Times New Roman 12) dan dengan pita atau tinta berwarna hitam.

2) Jarak Spasi

Jarak antarbaris yakni satu setengah spasi, kecuali abstrak, kanal nama bab, kanal nama judul tabel, kanal nama judul grafik/gambar, dan kutipan pribadi yang lebih dari empat baris harus diketik dengan jarak satu spasi. Penulisan antarbaris pada setiap sumber pustaka diketik dengan jarak satu spasi, sedangkan penulisan antarsumber dalam daftar pustaka deketik dengan jarak dua spasi.

3) Batas Tepi Pengetikan

Batas tepi pengetikan yakni sebagai berikut.
(1) Tepi atas    : 4 cm
(2) Tepi bawah : 3 cm
(3) Tepi kiri     : 4 cm
(4) Tepi kanan : 3 cm

4) Penulisan Judul, Bab, dan Subbab

Penulisan judul, bab, subbab, dan anak subbab mengikuti ketentuan berikut ini.
  1. Judul dan pecahan ditulis dengan huruf kapital semua, tidak diakhiri tanda baca apa pun, dan ditulis pada posisi tengah. Nomor pecahan ditulis dengan angka romawi.
  2. Penulisan subjudul, subbab, dan anak subbab menggunakaan huruf kapital pada setiap awal kata kecuali kata tugas; dan dimulai dari batas tepi kiri dan tidak memakai garis bawah serta tidak diakhiri tanda baca apa pun.

5) Penulisan Paragraf  Baru

Penulisan paragraf gres dimulai sehabis ketukan kelima dari tepi kiri atau dengan sistem lurus, tetapi harus diberi jarak spasi dua kali lipat.

6) Penulisan Nama

Penulisan nama pengarang, baik yang diacu dalam badan karangan maupun yang dicantumkan pada daftar pustaka mengikuti ketentuan berikut ini.
  1. Nama pengarang yang diacu dalam badan goresan pena hanya ditulis nama pokoknya. Misalnya, “Ahmad Sudargo”, yang ditulis hanya “Sudargo”.
  2. Pada daftar pustaka, nama yang terdiri atas dua penggal nama atau lebih ditulis nama pokok (belakang), kemudian tanda koma dan diikuti nama depanya. Misalnya, “Ahmad Sudargo” penulisannya menjadi “Sudargo, Ahmad”.
  3. Pengarang buku yang terdiri atas dua orang ditulis secara lengkap.
  4. Pengarang buku yang lebih dari tiga orang ditulis nama pengarang pertama dan diikuti abreviasi “dkk.”
  5. Gelar kesarjanaan atau jabatan akademis tidak dicantumkan.

7) Penulisan Tabel dan Grafik

Penulisan tabel dan grafik mengikuti ketentuan berikut.
  1. Penulisan tabel diupayakan jangan ganti halaman.
  2. Nomor dan judul tabel ditempatkan simetris di atas tabel.
  3. Nomor dan judul grafik ditempatkan simetris di bawah grafik.
  4. Penulisan judul tabel dan grafik tidak diakhiri tanda baca apa pun.
  5. Penulisan nomor urut tabel memakai angka Arab, sedangkan penulisan nomor urut grafik memakai angka Romawi.

6.3 Sistematika Penomoran

Sistematika penomoran mengikuti ketentuan berikut:
  1. Penomoran bab, subbab, dan anak subbab sanggup dilakukan dengan dua cara.
    • Cara Pertama 
      • Sistem campuran, yakni dimulai dari angka romawi besar (untuk bab), huruf kapital (untuk subbab), angka arab (untuk anak subbab), huruf kecil (untuk bawah umur subbab), angka arab diikuti satu kurung, dan seterusnya.
    • Cara kedua
      • Sistem angka penuh, yaitu dimulai dari angka romawi besar (untuk bab), kemudian memakai angka arab semua, dan seterusnya.
  2. Penomoran halaman pada naskah utama memakai angka arab.
  3. Penomoran halaman pelengkap, menyerupai halaman judul, halaman pengantar, dan halaman daftar isi memakai angka romawi kecil ( i, ii, iii, iv, v, vi, dst.) dan diletakkan pada pecahan bawah tengah.
  4. Penulisan daftar pustaka tidak diperbolehkan memakai nomor.
  5. Penomoran bab, subbab dan seterusnya dalam daftar isi dituliskan di tepi sebelah kanan  sesuai dengan penulisan pecahan atausubbab yang bersangkutan.

6.4 Penulisan Sumber/Referensi

Penulisan sumber atau tumpuan bacaan yang dikutip dalam naskah karya ilmiah mengikuti ketentuan berikut.
  1. Sumber bacaan yang ditulis di antara tanda kurung pada tamat kutipan terdiri atas nama pokok pengarang, tahun penerbitan, dan nomor halaman. Tanda koma digunakan di antara nama pokok dan tahun penerbitan, sedangkan tanda titik dua di antara tahun penerbitan dan nomor halaman.
    • Contoh:
      • Surat yakni satu sarana untuk memberikan pernyataan atau informasi secara tertulis dari pihak yang satu kepada pihak yang lain (Bratawidjaja, 1995:5).
  2. Apabila nama pengarang sudah disebutkan lebih dahulu, sumber yang ditulis di antara tanda kurung hanyalah tahun penerbitan dan nomor halaman yang diacu.
    • Contoh:
      • Menurut Bratawidjaya (1995:5) surat yakni satu sarana untuk memberikan pernyataan atau informasi secara tertulis dari pihak yang satu kepada pihak yang lain.
6.5 Penulisan Daftar Pustaka

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun daftar pustaka:
  1. daftar pustaka  tidak diberi nomor urut,
  2. daftar pustka disusun secara  alfabetis  (menurut abjad),
  3. gelar penulis tidak dicantumkan.

Daftar pustaka sanggup berupa penulisan buku, penulisan artikel, dan penulisan publikasi lain.

1) Buku

Penulisan buku dalam daftar pustaka disusun mengikuti urutan: (1) nama pengarang, (2) tahun penerbitan,  (3) judul buku, (4) kawasan penerbitan, dan (5) nama penerbit. Di antara satuan itu dipergunakan tanda “titik”, kecuali di antara kawasan penerbitan dan nama penerbit digunakan tanda “titik dua”. Judul buku dicetak miring dan setiap awal kata ditulis dengan huruf kapital, kecuali kata depan.

Contoh penulisan buku dengan seorang pengarang

Keraf, Gorys. 1993. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende: Nusa Indah.

Contoh penulisan buku dengan dua atau tiga pengarang

Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan. 1992. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Contoh penulisan buku lebih dari tiga orang

Alwi, Hasan dkk. 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

2) Artikel

Penulisan artikel dalam daftar pustaka memakai urutan (1) nama pengarang, (2) tahun penerbitan, (3) judul artikel, (4) nama majalah, (5) volume atau halaman dimuatnya artikel, (6) kawasan penerbitan, dan (7) nama penerbit. Judul artikel ditulis di antara tanda “petik dua”; nama majalah dicetak miring; di antara satuan digunakan tanda “titik”, kecuali di antara nama editor dan nama majalah, di antara nama majalah dan volume atau halaman digunakan tanda “koma”; di antara kawasan penerbitan dan nama penerbit digunakan tanda “titik dua”.

Contoh penulisan artikel dalam majalah

Madya, Suwarsih. 1994. “Penelitian Tindakan dalam Pendidikan”. dalam Diksi, No.4, Tahun II, halaman 67-82. Yogyakarta: FPBS IKIP Yogyakarta.

3) Penerbitan Pemerintah, Lembaga-Lembaga Ilmiah, dan Organisasi Lainnya

Penulisan daftar pustaka untuk penerbitan pemerintah, Lembaga-lembaga ilmiah, dan organisasi  lainnya memakai urutan: (1) forum yang bertanggung jawab atas penulisan dokumen, (2) tahun penerbitan, (3) judul tulisan, (4) kawasan penerbitan, dan (5) nama penerbit.

Contoh:

Depdikbud. 1975. Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

7. Ragam Bahasa Ilmiah

Bahasa Indonesia ragam ilmiah yakni bahasa Indonesia yang digunakan oleh para cendekiawan untuk mengomonikasikan ilmu pengetahuan.

Ragam bahasa ilmiah tersebut mempunyai sifat-sifat berikut.
  1. Ragam bahasa ilmiah termasuk ragam bahasa baku. Oleh alasannya itu, penulisan karangan ilmiah mengikuti kaidah-kaidah bahasa baku, yaitu dalam ragam tulis memakai ejaan yang baku (EYD), memakai kata-kata, struktur frasa, dan kalimat yang baku atau sudah dibakukan.
  2. Dalam ragam bahasa ilmiah banyak digunakan kata-kata istilah. Kata-kata tersebut digunakan dalam arti denotatif, bukan dalam arti konotatif.
  3. Dalam ragam bahasa ilmiah digunakan kalimat yang efektif, yaitu kalimat yang secara tepat sanggup mewakili gagasan pembicara atau penulis, dan sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca menyerupai yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
  4. Ragam bahasa ilmiah lebih berkomunikasi dengan pikiran daripada dengan perasaan; bersifat tenang, jelas, hemat, dan tidak emosional.
  5. Hubungan gramatik antara unsur-unsurnya, baik dalam kalimat maupun dalam paragraf, dan kekerabatan antara paragraf satu dan paragraf yang lain bersifat padu. Untuk menyatakan kekerabatan digunakan alat-alat penghubung, menyerupai kata-kata penunjuk, kata-kata penghubung, pengulangan kata atau frasa, penggantian, dll.
  6. Hubungan semantis antara unsur-unsurnya bersifat logis. Penggunaan kalimat yang bermakna ganda atau ambiguous harus dihindari.
  7. Penggunaan kalimat pasif lebih diutamakan alasannya dalam kalimat pasif insiden lebih dikemukakan daripada pelaku perbuatan.
  8. Konsisten dalam segala hal, contohnya dalam penggunaan istilah, singkatan, tanda-tanda, dan kata ganti diri.

 Untuk lebih jelasnya silakan baca buku panduan penulisan karya ilmiah dari UPI di sini - Download


Daftar Pustaka

Akhadiah, Sabarti., Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Alwi, Hasan dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Arifin, E. Zaenal. 2004. Dasar-Dasar Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Grasindo.

Brotowidjoyo, Mukayat D. 1985. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Akademika Pressindo.

Effendi, S. 1987. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Keraf, Gorys. 1993. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende: Nusa Indah.

Parera, J.D. 1982. Menulis Tertib dan Sistematis. Jakarta: Erlangga.

Ramlan,M. dkk. 1992. Bahasa Indonesia yang Salah dan yang Benar.Yogyakarta:  Andi Offset.

Soeparno, Haryadi, dan Suhardi. 1997. Bahasa Indonesia untuk Ekonomi. Yogyakarta: Ekonisia.


Advertisement

Iklan Sidebar

Adsense 728x90