Info Terbaru 2022

Metode Pembelajaran Berbasis Problem (Problem Solving)

Metode Pembelajaran Berbasis Problem (Problem Solving)
Metode Pembelajaran Berbasis Problem (Problem Solving)
Di dalam proses berguru mengajar, guru harus mempunyai strategi, semoga siswa sanggup berguru secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk mempunyai taktik itu ialah harus menguasai model dan teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut model pembelajaran dan  metode pembelajaran

Dalam kenyataan, cara atau metode mengajar atau teknik penyajian yang dipakai guru untuk memberikan gosip atau massage lisan kepada siswa berbeda dengan cara yang ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan serta sikap. metode yang dipakai untuk memotivasi siswa semoga bisa memakai pengetahuannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi ataupun untuk menjawab suatu pertanyaan akan berbeda dengan metode yang dipakai untuk tujuan semoga siswa bisa berpikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam menghadapi segala persoalan.




Model dan Metode pembelajaran berbasis masalah (Problem Solving) digunakan dalam pembelajaran yang membutuhkan tanggapan atau pemecahan masalah.  Sebagai metode pembelajaran, metode pembelajaran berbasis masalah sangat baik bagi pembinaan sikap ilmiah pada siswa. Dengan metode ini, para siswa berguru memecahkan suatu masalah berdasarkan mekanisme kerja ilmiah.

1. Pengertian Metode Pemecahan Berbasis Masalah

Model pembelajaran berbasis masalah atau lebih spesifik Metode pembelajaran berbasis masalah (Problem Solving) menurut Sudirman, dkk. (1991 : 146) yakni cara penyajian materi pelajaran dengan menimbulkan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam perjuangan mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa.

Metode pembelajaran berbasis masalah atau metode pembelajaran berbasis masalah (Problem Solving) ini sering dinamakan atau disebut juga dengan eksperimen  method, reflective thinking method, atau scientific method (Sudirman, dkk., 1991 : 146).

Berdasarkan modul training Kurikulum 2013. Pembelajaran berbasis masalah dikelompok dalam 4 jenis  Model Pembelajaran yang wajib dikuasai guru. Pengertian model Pembelajaran Berbasis Masalah disini  diartikan sebagai pembelajaran yang memakai masalah kasatmata dalam kehidupan sehari-hari (otentik) yang bersifat terbuka (open-ended) untuk diselesaikan oleh akseptor didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menuntaskan masalah, keterampilan sosial, keterampilan untuk berguru mandiri, dan membangun atau memperoleh pengetahuan baru. Pembelajaran ini berbeda dengan pembelajaran konvensional yang jarang memakai masalah kasatmata atau memakai masalah kasatmata hanya di tahap final pembelajaran sebagai penerapan dari pengetahuan yang telah dipelajari. Pemilihan masalah kasatmata tersebut dilakukan atas pertimbangan kesesuaiannya dengan pencapaian kompetensi dasar.

Dengan demikian, Model atau Metode pembelajaran berbasis masalah atau metode pemecahan masalah (Problem Solving) adalah sebuah metode pembelajaran yang berupaya membahas permasalahan untuk mencari pemecahan atau jawabannya. Sebagaimana metode mengajar, metode pemecahan masalah sangat baik bagi pembinaan sikap ilmiah pada para siswa. Dengan metode ini, siswa berguru memecahkan suatu masalah berdasarkan mekanisme kerja metode ilmiah.

2. Langkah-langkah Metode pembelajaran berbasis masalah

Dalam garis besarnya langkah-langkah metode pembelajaran masalah (problem solving) dapat disarikan sebagai berikut:

  1. Adanya masalah yang dipandang penting;
  2. Merumuskan masalah;
  3. Analisa hipotesa;
  4. Mengumpulkan data
  5. Analisa data;
  6. Mengambil kesimpula
  7. Aplikasi (penerapan) dari kesimpulan yang diperoleh; dan
  8. Menilai kembali seluruh proses pemecahan masalah (Depdikbud, 1997: 23).   
Berikut yakni langkah-langkah PBM yang disesuaikan dari pendapat Arends (2012) dan Fogarty (1997).

Tabel 1. Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Tahap
Deskripsi
Tahap 1
Orientasi terhadap masalah
Guru menyajikan masalah kasatmata kepada akseptor didik.
Tahap 2
Organisasi belajar
Guru memfasilitasi akseptor didik untuk memahami masalah kasatmata yang telah disajikan, yaitu mengidentifikasi apa yang mereka ketahui, apa yang perlu mereka ketahui, dan apa yang perlu dilakukan untuk menuntaskan masalah. Peserta didik membuatkan peran/tugas untuk menuntaskan masalah tersebut.
Tahap 3
Penyelidikan individual maupun kelompok
Guru membimbing akseptor didik melaksanakan pengumpulan data/informasi (pengetahuan, konsep, teori) melalui banyak sekali macam cara untuk menemukan banyak sekali alternatif penyelesaian masalah. 
Tahap 4
Pengembangan dan penyajian hasil penyelesaian masalah
Guru membimbing akseptor didik untuk menentukan penyelesaian masalah yang paling sempurna dari banyak sekali alternatif pemecahan masalah yang akseptor didik temukan. Peserta didik menyusun laporan hasil penyelesaian masalah, contohnya dalam bentuk gagasan, model, bagan, atau Power Point slides.
Tahap 5
Analisis dan penilaian proses penyelesaian masalah
Guru memfasilitasi akseptor didik untuk melaksanakan refleksi atau penilaian terhadap proses penyelesaian masalah yang dilakukan.

Secara Sederhana langkah penerapan Model Pembelajaran Berbasis masalah dalam acara berguru mengajar yakni sebagai berikut:

  1. Siswa dibantu guru mempersiapkan dan merumusakan masalah yang akan diteliti,
  2. Siswa mencoba menentukan alternatif pemecahan masalah tersebut; 
  3. Siswa mengumpulkan gosip sesuai alternatif permasalahan yang telah ditetntukan; 
  4. Siswa menciptakan simpulan;
  5. Siswa mempersentasikan simpulan tersebut. 
Dengan cara tersebut diharapkan bawah umur didik untuk berpikir dan bekerja sesuai dengan prinsip-prinsip ilmiah. Metode ini lebih sempurna dipakai di kelas tinggi.

Sedangkan berdasarkan Nahrowi Adjie dan Maulana  (2006 : 46-51) langkah-langkah penyelesaian masalah antara lain adalah;

  1. memahami soal,
  2. memilih pendekatan atau strategi,
  3. menyelesaikan model, dan 
  4. menafsirkan solusi.
Pada prinsipnya keempat langkah penyelesaian masalah di atas yakni sama, hanya saja pendapat yang ketiga lebih cenderug mengarah pada pembelaran matematika. Bagi Anda guru matematika saya sarankan Anda  menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah matematika menyerupai dikemukakan oleh Nahrowi Adjie dan Maulana, alasannya yakni lebih sederhana dan gampang dipahami.

3. Kelebihan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah / Problem Solving

  1. Dengan Metode / Model Pembelajaran berbasis masalah atau Metode Problem Solving akan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik/mahapeserta didik yang berguru memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar sanggup semakin bermakna dan sanggup diperluas dikala akseptor didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan.
  2. Dalam situasi Metode / Model Pembelajaran Masalah atau Metode Problem Solving, akseptor didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
  3. Metode / Model Pembelajaran Masalah atau Metode Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif akseptor didik didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan sanggup mengembangkan kekerabatan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Metode / Model Pembelajaran Berbasis Masalah ini memiliki kecocokan terhadap konsep penemuan pendidikan bidang keteknikan, terutama dalam hal sebagai berikut :

  1. peserta didik memperoleh pengetahuan dasar (basic sciences) yang berkhasiat untuk memecahkan masalah bidang keteknikan yang dijumpainya;
  2. peserta didik berguru secara aktif dan sanggup berdiri diatas kaki sendiri dengan sajian materi terintegrasi dan relevan dengan kenyataan sebenarnya, yang sering disebut student-centered;
  3. peserta didik bisa berpikir kritis, dan mengembangkan inisiatif.
Berikut yakni beberapa pola masalah kasatmata yang sanggup dipakai dalam Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan  (sumber materi training kurikulum 2013)
  • Di beberapa kawasan perbuatan mencoral-coret dinding tembok dengan memakai kata-kata yang tidak sopan sering dijumpai. Hal tersebut merusak pemandangan kampung dan menimbulkan wilayah tersebut terkesan kumuh. Bagaimanakah menuntaskan masalah tersebut?
  • Perilaku membuang sampah di susukan air atau di sungai seakan-akan menjadi sikap yang biasa saja. Padahal di Indonesia mempunyai undang-undang perihal lingkungan hidup. Bagaimana penyelesaian masalah sikap membuang sampah sembarangan tersebut ditinjau dari undang-undang lingkungan hidup atau peraturan perundang-undangan yang lain?
  • Wilayah terluar, terdepan, dan tertinggal dari NKRI berbatasan dengan negara-negara tetangga. Pembangunan di wilayah tersbut belum memadai dan warga yang tinggal di wilayah tersebut merasa tidak diperhatikan oleh Pemerintah RI. Bagaimana sebaiknya wilayah tersebut dikembangankan dan dibangun?
Advertisement

Iklan Sidebar

Adsense 728x90