Lempar cakram termasuk ke dalam cabang olahraga atletik nomer lempar. cakram yang dilempar berukuran garis tengah 220 mm dan berat 2 kg untuk laki-laki, 1 kg untuk perempuan. Lempar cakram diperlombakan sejak Olimpiade I tahun 1896 di Athena, Yunani.
Lempar Cakram |
Cara melempar cakram dilakukan dengan awalan dua kali putaran tubuh caranya yaitu: memegang cakram ada 3 cara, berdiri membelakangi arah lemparan, lengan memegang cakram diayunkan ke belakang kanan diikuti gerakan badan, kaki kanan agak ditekuk, berat tubuh sebagian besar ada dikanan, cakram diayunkan ke kiri, kaki kanan kendor dan tumit diangkat, lemparan cakram 30 derajat lepas dari pegangan, ayunan cakram jangan mendahului putaran badan, lepasnya cakram diikuti tubuh condong ke depan. Untuk lebih jelasnya berikut urainnya;
A. Sejarah Lempar Cakram
Berdasarkan cacatan sejarah bahwa lempar cakram adalah salah satu nomor atletik, hal ini sanggup kita ketahui dari buku karangan Homerus yang berjudul “Odyssy” pada zaman purba.
Dalam buku Odyssy tersebut menceritakan bahwa gerak gerakan dasar dari atletik yaitu jalan, lari, lompat dan lempar yang telah dikenal oleh bangsa primitif pada zaman prasejarah. Bahkan sanggup dikatakan semenjak adanya manusia, gerak-gerakan itu dikenal.
Mereka melaksanakan gerakan jalan, lari, lompat dan lempar semata-mata untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Didalam perjuangan ini mereka sangat tergantung dari efiiensi jasmaninya. Mereka yang kurang terampil, kurang tahan berjalan, kurang cepat lari, kurang tangkas melompat atau melempar akan mati alasannya kelaparan atau menjadi mangsa hewan buas bahkan mungkin menjadi korban tragedi alam.
Kaprikornus semenjak zaman prasejarah, ,manusia telah menyadari akan manfaat ketahanan berjalan jauh, kecepatan lari, ketangkasan melompat dan melempar. Sehingga ada sementara orang yang menganggap atletik yaitu cabang olahraga yang tertua.
Bangsa Belanda menyebutnya “Atletik is a moerder der sporten” yang artinya atletik yaitu induk dari semua cabang olahraga. Meskipun gerakan dasar atletik ini telah dikenal semenjak adanya manusia, tetapi perlombaan atletik termasuk lempar cakram yang pernah dilakukan dalam cacatan sejarah gres terjadi pada zaman purba sekitar 1000 tahun sebelum masehi. Hal ini sanggup diketahui dari buku pujangga Yunani yang ditulis oleh Homeros.
Dalam buku ini juga Homeros menceritakan pertualangan Odysseus. Bahwa pada suatu ketika Odysseus terdampar disebuah kepulauan yang kemudian ternyata berjulukan Phaeacia, rajanya berjulukan Alcinaus. Setelah Odysseus dibawa menghadap baginda maka diadakan penyambutan yang meriah. Dalam program itu diadakan serangkaian perlombaan.pemuda-pemuda Phaeacia yang mempertujukan kemahirannya dalam lomba lari cepat, gulat, lompat, tinju, dan lempar cakram.
Setelah rangkaian ini selesai, raja Aleinaus minta supaya Odysseus menberikan demotrasi lempar cakram. Semula Odysseus menolaknya dengan halus, tetapi baginda mendesaknya dengan alasan supaya pumuda Phaeacia sanggup menyaksikan bagaimana cara melempar cakram yang sempurna, maka seruan raja terpaksa dipenuhi. Tanpa melepaskan pakaian perangnya yang terbuat dari logam itu, Odysseus bangun minta ijin kepada baginda, kemudian masuk gelanggang mengambil cakram yang terberat dan dengan gaya termanis melempar cakram itu,cakram melucur dan jatuh jauh dari jarak yang dicapai atlet-atlet dari Phaeacia (Sunaryo Basuki, 1979 : 24).
Dari kutipan buku ini yakin bahwa bangsa Yunani purba telah mengenal atletik, disini terlihat adanya nomor lari, lompat, dan lempar cakram yang merupakan nomor atletik yang kita kenal hingga kini ini.
B. Sejarah Lempar Cakram di Indonesia
Berbicara duduk kasus lempar cakram di Indonesia, kita tidaik bisa pisahkan dengan sejarah atletik. Karena lempar cakram yaitu nomor atau belahan dari atletik. Kaprikornus di Indonesia atletik termasuk lempar cakram dikenal lewat bangsa Belanda yang setengah kurun lamanya menjajah Negeri Indonesia. Namun demikian atletik termasuk lempar cakram ini tidak dikenal secara luas.
Kemudian pada zaman pendudukan Jepang mulai awal tahun 1942-1945 kegiatan keolahragawan mengalami perkembangan. Hal ini sanggup dilihat dipagi hari semua pelajar dan pegawai diwajibkan melaksanakan senam. Selain itu diberikan pelajaran beladiri dan atletik termasuk lempar cakram. Tetapi semua kegiatan jasmani yang dilakukan oleh seluruh bangsa Indonesia itu hanya untuk kepentingan orang-orang Jepang sendiri, dalam perjuangan memenangkan perang (Drs. Aip Syrifuddin, 1998 : 3).
Kemudian sehabis Indonesia merdeka perkembangan olahraga termasuk lempar cakram semakin meluas bahkan setiap orang diberikan kesempatan untuk melaksanakan latihan-latihan atletik termasuk lempar cakram (Drs. Sunaryo Basuki, 1979 : 37).
Dari klarifikasi sejarah atletik diatas, maka dalam belahan ini penulis akan menguraikan hal-hal sebagai berikut :
- Panjang lengan
- Lempar cakram
- Pengaruh panjang l;engan terhadap prestasi lempar cakram
C. Panjang Lengan
Panjang lengan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam olahraga khususnya lempar cakram, alasannya panjang lengan akan memungkinkan dalam pencapaian prestasi yang maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyampaikan bahwa bentuk tubuh atau postur tubuh merupakan salah satu faktor penentu dalam pencapaian prestasi yang maksimal (Soeharno H. P. 1985 : 8).
Disamping panjang lengan, sanggup juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kekuatan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyampaikan bahwa kekuatan lengan yaitu kemampuan kelompok otot-otot lengan untuk sanggup mengatasi tahanan atau beban dalam menjalankan kegiatan (Drs. Soeharno H. P. 1985 : 224),
Standar yang dipakai untuk mengukur panjang lengan memakai meteran baja (Antropometer) yang diukur melalui pangkal persendian pundak yang paling atas hingga ujung jari tengah. Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyampaikan bahwa lengan yaitu anggota gerak belahan atas mulai dari gelang pundak hingga ujung jari (Soedarminta, 1994 : 108).
Berdasarkan pendapat diatas, maka hasil pengukuran sanggup dibaca sesuai dengan apa yang tertera pada alat ukur. Siswa yang mempunyai panjang lengan diatas rata-rata maka dianggap sebagai siswa berlengan panjang, sedangkan siswa yang mempunyai panjang lengan dibawah rata-rata diangggap sebagai siswa yang berlengan pendek.
Untuk cabang olahraga atletik khususnya nomor lempar cakram, apabila ada seseoarang yang mempunyai lengan panjang kecenderungan akan kuat pada jauhnya lemparan bila didukung oleh kekuatan otot yang baik bila dibandingkan seseorang yang mempunyai lengan pendek.
D. Lempar Cakram
Ada beberapa hal mengenai lempar cakram yang akan diuraikan sebagai berikut :
- Pengetian lempar cakram
- Tehnik-tehnik lempar cakram
- Peraturan dalam lempar cakram
1. Pengertian lempar cakram
Untuk memahmi pengertian lempar cakram, terlebih dahulu kita memahami pemgertian lempar cakram. Lempar yaitu olahraga dengan melempar (lembing, peluru, martil, cakram).(W. J. S. Poerwadarminta, 1976 : 584).
Sedangkan cakram sebuah benda kayu yang berbentuk piring berbingkai sabuk besi (Didi Sugandi, 1986 : 51).
Kaprikornus lempar cakram yaitu salah satu nomor lomba dalam atletik yang memakai sebuah benda kayu yang berbentuk piring bersabuk besi, atau materi lain yang bulat pipih yang dilemparkan.
2. Tehnik-tehnik lempar cakram
a. Cara memegang cakram
Untuk memudahkan memegangnya, cakram diletakkan pada telapak tangan kiri (bagi pelempar yang tidak kidal) sedangkan telapak asisten diletakkan diatas tengah cakram, keempat jari agak jarang (terbuka) menutupi pinggiran cakram (ruas jari yang terakhir menutupi cakram) sedangkan ibu jari bebas.
b. Ada dua gaya dalam lempar cakram
• Gaya samping
Sikap permulaan berdiri miring/menyamping kearah sasaran, sesaat akan memulai berputar lengan kanan diayun jauh ke belakang, sumbu putaran pada kaki kiri (telapak kaki belahan depan atau ujung) selama berputar lengan kanan selalu di belakang, pada posisi melempar tubuh merendah lengan kanan di belakang pandangan ke arah sasaran, sehabis cakram lepas dari tangan kaki kanan melangkah ke depan berpijak dibekas telapak kaki kiri yang dikala itu telah berayun ke belakang.
• Gaya belakang
Sikap pertama berdiri membelakangi arah lemparan sesaat akan berputar lengan kanan diayun jauh ke belakang pandangan mulai melirik ke kiri, dikala mulai berputar ujung telapak kaki kiri sebagai sumbu dan tolakan kaki kiri itu pula tubuh meluncur ke arah lemparan, kaki kanan secepatnya diayun memutar ke kiri untuk berpijak, sesaat kaki kanan mendarat kaki kiri dengan cepat pula diayum ke kiri untuk berpijak dan terjadilah perilaku lempar, sehabis cakram lepas dari tangan kaki kanan segera diayun ke depan dan kaki kiri diayun ke belakang.
3. Peraturan dalam lempar cakram
Lempar cakram harus dimulai dengan perilaku berdiri seimbang dengan lingkaran lempar tanpa menginjak garis lingkaran. Pelempar dilarang meninggalkan lingkaran lempar sebelum juri menyampaikan sah posisi berdirinya melalui setengah lingkaran belahan dalam.pelempar boleh menyentuh dinding belahan dalam dari balok batas lemparan tetapi dilarang menyentuh belahan atasnya. Lemparan akan diukur dengan lemparan yang ditarik dari bekas jatuhnya cakram yang terdekat ketepi dalam balok. Bila penerima lebih dari 8 orang, maka penerima akan diberi hak melempar sebanyak 3 kali, kemudian akan ditentukan 8 pelempar terbaik untuk mengikuti babak berikutnya (final). Bila penerima lomba 8 orang atau kurang, kesempatan melempar sebanyak 6 kali pribadi final.
Lingkaran lemparan tersebut terbuat dari besi, baja atau materi lain yang sesuai. Bagian atasnya dipasang rata dengan tanah diluarnya. Bagian dalam terbuat dari semen, aspal atau materi lain yang kokoh tetapi tidak licin permukaannya belahan dalam harus datar lebih rendah 14 mm hingga 26 mm dari sisi atas tepi lingkaran.
Ukuran garis tengah sebelah dalam lingkaran lempar yaitu 2,5 m, tebal besi lingkaran lempar 6 mm dan harus dicat putih. Garis putih selebar 5 cm harus ditarik dari belahan atas lingkaran besi sepanjang 75 cm pada kedua sisi lingkaran.
4. Faktor-fakor yang mempengaruhi prestasi dalam lempar cakram
a. Faktor internal atau dari dalam atlet
1. Kesehatan fisik dan mental yang baik
Kita sebagai insan terbentuk dari unsur jasmani dan rohani, keduanya memegang peranan penting dan tidak sanggup dipisah satu dengan yang lainnya alasannya saling mempengaruhi. Apabila fisik terganggu oleh suatu penyakit maka faktor fsikispun ikut terganggu. Oleh alasannya itu kesehatan fisik harus selalu dijaga supaya tetap dalam keadaan sehat.
Dengan demikian faktor psikis, pemeliharaan sanggup dilakukan dengan jalan pemeliharaan suasana lingkungan sehat sehingga pikiran tetap jernih, serta perasaaan tenteram dan sebagainya, menentukan alasannya segala kegiatan dalm mencapai prestasi memerlukan pembiayaan yang cukup besar.
b. Faktor-faktor eksternal (dari dalam atlet)
1. Lingkungan keluarga
Keluarga sanggup dinyatakan sebagai suatu kelompok atau unit terkecil dari masyarakat yang didalamnya terdapat kekerabatan erat antara anggota-anggotanya. Orang bau tanah dalam suatu keluarga mendidik anaknya secara kodrati dengan memberi dorongan.
2. Latihan
Latihan yaitu suatu proses mempersiapkan organisme atlet secara sistematis untuk mencapai mutu, prestasi maksimal dengan diberi beban latihan fisik dan mental yang teratur, terarah, meningkat dan berulang-ulang (Rusli Nursalam, 1990 : 19).
Petunjuk latihan
Pada dasarnya tidak terdapat perbedaan kebutuhan latihan bagi para pelempar, bila terdapat perbedaan hanya terdapat pada latihan tehnis yang dilakukan (Sugito, 1994 : 232).
Secara garis besar disamping kebutuhan latihan untuk meningkatkan kebutuhan tehnik nomor lempar yang dipilih para pelempar membutuhkan latihan-latihan sebagai berikut :
1. Latihan kekuatan
Pelempar yang ingin berhasil harus menyebarkan kekuatan otot-ototnya dengan latihan beban atau weight training. Prinsip-prinsip weight pelatihan yaitu kesedian untuk mengulang-ulang apa yang dipelajari. Gerakan dilang berkali-kali sehingga pada karenanya gerakan-gerakan itu sanggup dilaksanakan tanpa memikir, segala sesuatu sudah berlangsung secara otomatis, cepat dan efesien. Latihan harus cukup berat sehingga sanggup merangsang adaptasi-adaptasi dalam badan. Latihan yang ringan tidak akan mengakibatkan kemajuan dalam kemampuan begitu pula sebaliknya. Latihan-latihan harus ditingkatkan, latihan harus teratur. Pada karenanya kemampuan berprestasi ini dibatasi oleh talenta yang tersimpan didalam anak (Bambang Wijanarko, 1994 : 113).
Dalam menentukan macam latihan hendaknya diubahsuaikan dengan nomor lempar yang diikuti, pada masa persiapan tahap kedua sanggup dilakukan 2 kali dalam seminggu, dan pada masa perlombaan masih sanggup dilakukan sekali seminggu.
2. Latihan kecepatan
Seorang pelempar tidak hanya harus kuat, tetapi juga bisa bergerak dengan cepat. Bagi pelempar, kecepatan akan menunjukkan kekuatan eksplosif yang sangat mempunyai kegunaan untuk meningkat prestasi lempar. Latihan kecepatan bagi para pelempar sanggup berupa : lari 30 meter, loncat tegap, jingkat 3 kali dan pul-up.
3. Latihan daya tahan
Seorang pelempar juga harus mempunyai daya tahan. Ini sanggup dicapai dengan latihan gross country serta lari interval.
4. Latihan kelincahan dan keterampilan
Seorang pelempar harus juga mempunyai kelincahan dan keterampilan. Ini sanggup dicapai dengan latihan : senam lantai dan senam ketangkasan, loncat tali (rope skiping).
E. Pengaruh panjang lengan terhadap prestasi lempar cakram
Pengaruh lengan terhadap prestasi lempar pada umumnya sangat besar, ditinjau dari fungsi lengan sebagai penahan, pemegang dan sebagai alat lemparan terakhir dengan gaya lenting. Fungsi lengan dalam lemparan ini sesuai dengan pendapat yang menyampaikan otot lengan yaitu kekuatan otot-otot atau kelompok otot untuk mengatasi suatu beban dalam menjalankan suatu kegiatan (Abdul Hamid Syeeh Nur, 1993 : 135).
Makin tinggi dan besar pelempar cakram, makin baik adanya. Pelempar dengan lengan panjang akan lebih menguntungkan daripada berlengan pendek. Sebab lengan yang panjang mempunyai jangkauan ayunan yang lebih jauh (Winarno surachman, 1992 : 20). Menunjukkan bahwa bukti akan kebenaran pendapat diatas. Oleh alasannya itu para Pembina olahraga khususnya pelempar cakram perlu kiranya memperhatikan postur atau bentuk tubuh merupakan salah satu faktor penentu dalam pencapaian preastasi yang maksimal (Soeharno HP, 1985)
Seorang yang mempunyai tubuh yang lebih tinggi dan besar sudah terperinci mempunyai jangkauan yang lebih jauh daripada yang mempunyai bentuk tubuh pendek yang pada gilirannya tidak akan bisa melempar yang lebih jauh.
Lapangan Lempar Cakram |
Advertisement